Test x1

Rabu, 23 Juni 2010

IKUTLAH AKU!

Galatia 5: 13-25; Lukas 9: 57-62

Usai kekalahan Prancis dari Meksiko 0-2 suasana di tim yang berjuluk “Ayam Jantan” itu kian kisruh. Nicolas Anelka yang terlibat adu mulut dengan sang pelatih, Raymond Domenech, ketika di ruang ganti dalam laga kontra Meksiko, dicoret dari daftar pemain dan dipulangkan ke Prancis. Sehari setelah kejadian itu, para pemain Prancis melancarkan aksi mogok latihan. Kali ini gantian Pactrick Evra, sang kapten, yang cekcok dengan pelatih fisik Prancis, Robert Duverne. Buntutnya, Direktur Teknik Federasi Sepakbola Prancis (FFF), Jean-Louis Valentin, memilih mundur karena menganggap insiden di tim Prancis sebagai sesuatu yang memalukan.
Ketegangan antara pemain dan pelatih (Domenech) dalam tubuh Timnas Prancis memang bukan kali pertama. Sebelumnya, nama-nama seperti Robert Pires, David Trezeguet, Thierry Henry, Karim Benzema, Patrick Vieira, pernah bersitegang dengan Domenech. Mereka beranggapan bahwa Domenech seringkali menerapkan strategi yang aneh sehingga para pemain mengalami kebingungan ketika berada di lapangan. Henry dengan berani mengatakan, “Pelatih (Domenech), kami punya sesuatu yang ingin disampaikan. Saya berbicara atas nama skuad. Kami mulai bosan dengan sesi latihan Anda. Dalam 12 tahun membela Timnas Prancis, saya tidak pernah berada di situasi seperti ini. Kami tidak tahu bagaimana caranya bermain, di mana posisi di lapangan, bagaimana mengorganisir. Kami tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kami tidak memiliki gaya permainan, tidak ada panduan. Semuanya tidak bekerja,” ujar Henry yang dilansir dalam Le Parisien. Pendapat Henry ini diperkuat oleh Pires yang mengatakan, “Anda tidak akan belajar banyak (dari Domenech). Anda tidak tahu kemana Anda harus berlari dan posisi mana yang harus Anda mainkan. Ini terjadi saat saya pertama kali di sana dan masih terjadi hingga kini. Para pemain adalah bintang di tim mereka masing-masing, namun saat mereka bergabung dengan timnas, mereka tidak tahu lagi bagaimana harus bermain.”
Sementara Domenech berpendapat bahwa, “Timnas Prancis dihuni oleh pemain-pemain bintang. Para pemain harus pintar dan melupakan ego mereka demi kepentingan tim. Ini bukan tentang seorang pemain di Piala Dunia. Jika mereka tak dapat memahaminya, saya butuh sebuah pistol,” candanya saat konfrensi Pers sebelum perhelatan Piala Dunia 2010 dimulai.
Pemain punya pendapat, pelatih juga punya pendapat. Namun yang jelas dalam sebuah permainan bola, kekompakan, kebersamaan dan kesatuan mutlak diperlukan. Tanpa adanya kekompakan dan kebersamaan, kemenangan akan semakin jauh dari kenyataan. Sudah menjadi tugas dari setiap pemain dan pelatih untuk menyadari serta mengusahakan hal itu.
Lihat saja imbas dari ketidak-harmonisan pemain dan pelatih dimana perfoma penampilan Prancis di lapangan jauh dari standard. Seri dari Uruguay serta kalah dari Meksiko dan Afrika Selatan, membuat Prancis sebagi tim pertama yang harus angkat koper dari Piala Dunia 2010. Kehebatan Prancis pada Piala Dunia 1998 dimana berhasil menyabet gelar juara, dan menjadi finalis pada Piala Dunia 2006, sirna dalam sekejab hanya gara-gara perpecahan dalam tubuh mereka sendiri. Bermain bola memang membutuhkan kekompakan, kebersamaan dan kesatuan dalam satu tim. Begitu juga dalam kehidupan gereja. Itulah sebabnya Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Galatia untuk berhati-hati terhadap roh pemecah (Gal 5: 20). Bagi Rasul Paulus, mengikut Yesus berarti memiliki kesediaan untuk hidup dalam kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5: 22-23). Hanya dengan mengusahakan kekompakan, kebersamaan dan kesatuan, kita dapat menjawab panggilan Yesus untuk mengikuti Dia. (M-M)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar